Jejak Perjuangan Pahlawan dan Peran Strategis Perguruan Tinggi: Menghidupkan Semangat Kemerdekaan di STIS Darul Ulum Lampung Timur

blog

“Kemerdekaan hanyalah jembatan emas. Di seberangnya, kita akan membangun kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.” – Ir. Soekarno

Indonesia tidak lahir dalam semalam. Ia dibangun dari darah, air mata, dan doa para pahlawan. Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah buah dari perjuangan panjang para tokoh bangsa yang tidak hanya mengangkat senjata, tetapi juga mengangkat pena dan suara hati nurani demi mewujudkan keadilan dan kedaulatan.

Dalam sejarah panjang itu, lembaga pendidikan memegang peran vital. Ia adalah tempat lahirnya pemikiran merdeka, wadah pembentukan karakter pemimpin bangsa, dan sumber kekuatan moral yang menjadi pilar perjuangan. Maka, dalam konteks kekinian, pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab besar: tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menjaga dan menghidupkan kembali api perjuangan para pendahulu.

Ketika Perlawanan Lahir dari Ruang Kelas dan Pena
Banyak yang mengenal pahlawan sebagai sosok yang mengangkat senjata, namun sejarah membuktikan bahwa pena pun dapat menjadi alat perjuangan yang tak kalah tajam. Ki Hajar Dewantara dengan semboyan legendarisnya “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” adalah potret pejuang pendidikan yang memahami bahwa kemerdekaan sejati dimulai dari pendidikan yang memerdekakan.

Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir adalah contoh pejuang yang berangkat dari dunia intelektual. Mereka menempuh pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri, lalu kembali untuk menyemai benih-benih kebangsaan. Mereka menulis, berdiskusi, mengorganisasi, dan memimpin. Mereka menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya jalan untuk mengubah nasib individu, tetapi juga untuk membebaskan bangsa.

Organisasi seperti Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, hingga Jong Java dan Jong Sumatranen Bond, semua lahir dari semangat mahasiswa dan pelajar. Di ruang-ruang kelas dan asrama, ide tentang kemerdekaan mulai dirumuskan. Diskusi-diskusi kecil itu, yang sering dianggap remeh, ternyata menjadi bara yang membakar semangat revolusi.

STIS Darul Ulum Lampung Timur: Lembaga Pendidikan sebagai Benteng Nilai dan Perubahan
Di era kemerdekaan ini, medan perjuangan telah bergeser. Kita tidak lagi berhadapan dengan senapan kolonial, tapi menghadapi tantangan yang tak kalah berat: degradasi moral, ketimpangan sosial, kemiskinan ilmu, dan krisis jati diri.

Di sinilah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Darul Ulum Lampung Timur hadir, bukan hanya sebagai lembaga akademik, tetapi juga sebagai pelanjut estafet perjuangan para pahlawan. Melalui pendekatan ilmu syariah yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan kebangsaan, STIS Darul Ulum menanamkan semangat keadilan, kemanusiaan, dan kemerdekaan sejati dalam diri setiap mahasiswanya.

Mahasiswa di STIS Darul Ulum tidak hanya diajarkan memahami fikih dan ushul, tetapi juga diajak untuk menjadi pribadi yang mampu menjawab tantangan zaman: menjadi pembela keadilan, penyambung suara masyarakat kecil, dan pelopor perubahan sosial. Pendidikan syariah di sini tidak terkungkung dalam ruang teori, tetapi mengalir dalam kehidupan nyata, menyatu dengan denyut nadi masyarakat Lampung Timur.

Menghidupkan Warisan Perjuangan Melalui Intelektual Muda
Dalam semangat para pahlawan, kita menemukan satu benang merah yang mengikat: semua berangkat dari cinta kepada tanah air dan kesadaran akan pentingnya ilmu. Maka, pendidikan tinggi hari ini tidak boleh berhenti pada pencapaian gelar, tapi harus menjadi tempat pembentukan jiwa nasionalis dan visioner.

STIS Darul Ulum Lampung Timur adalah rumah bagi generasi muda yang siap menjadi pahlawan masa kini. Mereka tidak lagi membawa bambu runcing, tapi membawa gagasan, data, tulisan ilmiah, program pengabdian masyarakat, dan semangat dakwah sosial.

Melalui kegiatan kemahasiswaan, seminar, diskusi publik, dan pengabdian ke desa-desa, semangat itu terus dihidupkan. Dari ruang kelas hingga ke pelosok Lampung Timur, mahasiswa dan dosen STIS terus menghidupkan semangat kemerdekaan: berjuang bukan demi nama, tapi demi perubahan dan kemaslahatan.

Dari Masa Lalu untuk Masa Depan
Sejarah telah mengajarkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawannya. Tapi bangsa yang maju adalah bangsa yang meneruskan perjuangan pahlawannya dengan cara yang relevan dengan zamannya.

Hari ini, perjuangan itu kita teruskan di ruang-ruang kuliah, dalam skripsi dan jurnal ilmiah, dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, serta dalam setiap tindakan kecil yang membawa nilai dan manfaat. STIS Darul Ulum Lampung Timur adalah bagian dari perjuangan itu — lembaga pendidikan yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, dan pengabdian.

Mari kita hidupkan kembali semangat pahlawan dalam diri kita, agar kemerdekaan ini terus bermakna, lestari, dan membawa cahaya perubahan. Karena sejatinya, setiap dari kita punya tugas menjadi pahlawan—dalam versi dan peran kita masing-masing.

Penulis : Afton Zuhri Adnan, M.Ag